Monday, November 5, 2012

KESEHATAN

KESEHATAN
A. Angka Harapan Hidup (AHH) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
Pemerintah Kabupaten Bandung telah berupaya untuk terus Meningkatan Akses dan Kualitas Pelayanan Kesehatan, Peningkatan Sumber Daya Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Pembiayaan Kesehatan terus dilakukan, ini bisa dilihat dari Indikator Angka Kematian Bayi Pada tahun 2010, di Kabupaten Bandung, sebesar 34,75 yang artinya ada sekitar 35 kematian bayi dalam 1000 kelahiran hidup, jumlah itu selalu menurun dari tahun 2005 sampai 2010, pada tahun 2003 terdapat 48 kematian bayi dalam 1000 kelahiran hidup. 

Nilai Angka Kematian Bayi biasanya berbanding terbalik dengan Angka Harapan Hidup (AHH). AHH adalah angka kecenderungan Harapan hidup perkiraan lama hidup rata-rata penduduk Kabupaten Bandung dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur adalah selama lk. 69-70 tahun. Angka ini meningkat 0,64 poin dibandingkan dengan tahun 2009, di mana pada tahun 2009 AHH Kabupaten Bandung mencapai 68,94 tahun. Pada tahun 2008-2010 angka harapan hidup cenderung mengalami peningkatan. Untuk tahun 2010, AHH Kabupaten Bandung sebesar 69,40, artinya perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur adalah selama lk. 69-70 tahun nilai itu meningkat jika dibanding pada tahun 2003. Sebesar 65,40. Berikut adalah perbandingan 2 indikator AHH dan AKB bidang kesehatan di Kabupaten Bandung : 

 

Dari data di atas, Kabupaten Bandung diklasifikasikan kedalam kelompok kategori intermediate-rock, yaitu kelompok menengah yang memerlukan perubahan sosial untuk menurunkan AKB. Menurut Singarimbun (1988:vii-viii) ada beberapa faktor yang memiliki kekuatan dalam menurunkan angka kematian, khususnya kematian bayi dan anak, yaitu : 

a) Adanya kemajuan ekonomi dalam meningkatkan taraf hidup; 
b) Adanya kemajuan teknologi kesehatan; 
c) Adanya kesadaran perbaikan sanitasi dan higiena; dan 
d) Adanya peningkatan persediaan makanan dan perbaikan gizi. 

Upaya Pemerintah Kabupaten Bandung dalam peningkatan derajat kesehatan untuk penurunan angka kematian bayi, sangat membutuhkan perhatian lebih dan kerja keras. Pada daerah-daerah yang memiliki persebaran AKB yang cukup tinggi, terutama di wilayah Bandung Selatan, peningkatan akses terhadap layanan kesehatan harus tetapdiprioritaskan. 

Resiko kematian bayi lebih besar bagi bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan gizi, dibandingkan dengan ibu yang memiliki gizi cukup. Sedangkan kekurangan gizi berkorelasi positif dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah. Penyebab tingginya angka kematian bayi lahir rendah, berkaitan erat dengan kondisi pada fase kehamilan, pertolongan kelahiran yang aman dan perawatan bayi pada saat dilahirkan. 

Faktor kedua yang menyebabkan tingginya AKB adakah pertolongan pertama persalinan, kondisi menurut Suseda tahun 2007 terdapat 45,59 % balita yang lahir hanya mendapatkan pertolongan persalinan dari non tenaga kesehatan (non kesehatan) seperti dukun, namun pada tahun 2009 terjadi penurunan menjadi 36,18%, sementara persalinan oleh dokter meningkat menjadi 5,94 %; sedangkan oleh bidan terjadi peningkatan sebesar 59,01 % 

Terdapat asumsi dari tim medis yang menyebutkan Penanganan persalinan oleh non naker memiliki peluang yang lebih besar untuk terkena infeksi atau perawatan pasca persalinan kurang baik dibandingkan dengan persalinan yang ditolong oleh tenaga nakes seperti dokter, bidan maupun tenaga paramedis. Oleh karena itu, peranan tenaga medis dalam pertolongan persalinan harus ditingkatkan. 

Indikator lain yang bisa dijadikan acuan lain keberhasilan dalam peningkatan kesehatan adalah Persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan menurut jenis kelamin di Kabupaten Bandung dapat dilihat pada tabel di bawah ini: 

 

Dari tabel di atas, terlihat adanya Kenaikan persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan dari tahun 2008 terhadap tahun 2009 sebesar 5,79% secara keseluruhan dan 1,59% nilai peningkatan dari tahun 2009 terhadap tahun 2010, Peningkatan keluhan kesehatan terjadi pada laki-laki maupun perempuan. 

Berdasarkan hasil SUSEDA 2010, persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan lebih banyak dibandingkan dengan 2 tahun sebelumnya. Namun apabila ditelaah lebih lanjut, terjadi penurunan rata-rata penyembuhan pada tahun 2010, yang tahun sebelumnya berkisar sekitar 2 minggu, menurun menjadi sebagian besar kurang dari seminggu. 

Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya pencapaian indikator kesehatan (tingginya angka/jumlah kematian dan kesakitan) adalah masih kurangnya kemampuan beberapa UPTD untuk memenuhi aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan rujukan, melaksanakan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan kejadian luar biasa serta melaksanakan upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, hal ini bisa dilihat dari masih rendahnya pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten Bandung pada tahun 2010. 


B. Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk 

Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang berfungsi menyelenggarakan pelayanan kesehatan rujukan, asuhan keperawatan secara berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. Semakin banyak jumlah ketersediaan rumah sakit, akan semakin mudah bagi masyarakat dalam mengakses layanan kesehatan. 

Jumlah rumah sakit di Kabupaten Bandung pada tahun 2010 sebanyak 8 unit, terdiri dari rumah sakit daerah sebanyak 3 unit, rumah sakit swasta sebanyak 4 unit dan rumah sakit AU sebanyak 1 unit. Cakupan pelayanan rumah sakit terhadap jumlah penduduk Kabupaten Bandung tahun 2010 mencapai 0,003. Hal ini berarti bahwa untuk 1.000 jumlah penduduk Kabupaten Bandung pada tahun 2009 dilayani oleh rumah sakit sebanyak 0,003. Cakupan pelayanan rumah sakit terhadap jumlah penduduk Kabupaten Bandung pada tahun 2010 tidak jauh berbeda dengan tahun 2006-2008. 

Berikut secara lengkap disajikan data mengenai rasio/ketersediaan rumah sakit di Kabupaten Bandung selama kurun waktu tahun 2008-2010. 

 


C. Rasio pos pelayanan terpadu (posyandu) per satuan balita 

Pemeliharaan kesehatan ibu dan anak-anak sejak usia dini merupakan suatu strategi dalam upaya pemenuhan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi peningkatan status kesehatan dan gizi yang baik, lingkungan yang sehat dan aman, pengembangan psikososial/emosi, kemampuan berbahasa dan pengembangan kemampuan kognitif (daya pikir dan daya cipta) serta perlindungan anak. Pengalaman empirik di beberapa tempat menunjukan, bahwa strategi pelayanan kesehatan dasar masyarakat dengan fokus pada ibu dan anak seperti itu, dapat dilakukan pada Posyandu. 

Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat, dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. 

Jumlah Posyandu di Kabupaten Bandung pada tahun 2010 sebanyak 4.311 buah dan jumlah Balita sebanyak 333.673 jiwa. Dengan demikian rasio Posyandu terhadap Balita mencapai 12,92. Hal ini berarti bahwa dari 1.000 balita yang ada di Kabupaten Bandung pada tahun 2009, dapat dilayani Posyandu sebanyak 12-13 Posyandu. 

Berikut secara lengkap disajikan data mengenai kondisi rasio Posyandu di Kabupaten Bandung selama kurun waktu tahun 2008-2010. 

 


D. Rasio Puskesmas, Poliklinik dan Puskesmas Pembantu (Pustu) Persatuan Penduduk 

Puskesmas, Poliklinik dan Pustu merupakan salah satu sarana penunjang kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Semakin banyak jumlah ketersediannya, maka semakin memudahkan masyarakat dalam menjangkau pelayanan kesehatan. 

Rasio Puskesmas, Poliklinik dan Pustu terhadap jumlah penduduk di Kabupaten pada tahun 2010 mencapai 1 : 4.509. Ini artinya bahwa 1 Puskemas/ Poliklinik/Pustu harus melayani jumlah penduduk sebanyak 4.509 jiwa. Adapun rasio Puskesmas terhadap jumlah kecamatan mencapai 2 : 1. Ini artinya bahwa dalam satu kecamatan terdapat 2 unit Puskesmas. 

Jumlah penduduk yang harus dilayani Puskesmas/Poliklinik/Pustu tahun 2010 lebih sedikit dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya (2006-2008). Pada tahun 2008 satu Puskesmas/Poliklinik/Pustu harus melayani 6.949 penduduk, pada tahun 2009 harus melayani 7.098 penduduk dan tahun 2010 harus melayani 4.509 penduduk. 

Berikut adalah gambaran secara lengkap mengenai rasio Puskesmas, Poliklinik dan Pustu terhadap jumlah penduduk di Kabupaten Bandung selama kurun waktu tahun 2008-2010. 



SELANJUTNYA

Pendidikan

Posting 2012-01-25
A. Angka Melek Huruf (AMH) Angka Melek Huruf menggambarkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) yang diukur dari aspek pendidikan. Indikator AMH diambil dari penduduk dewasa (umur 15 tahun keatas) yang dapat membaca…

SEBELUMNYA

Pekerjaan Umum

Posting 2012-01-25
Urusan/bidang Pekerjaan umum melaksanakan pelayanan publik yang bersifat infrastruktur (fisik). Melihat Kondisi daerah Kabupaten Bandung terkait dengan urusan pekerjaan umum salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut: A. Proporsi panjang…

No comments:

Post a Comment