Monday, November 5, 2012

PENDIDIKAN

PENDIDIKAN
A. Angka Melek Huruf (AMH)
Angka Melek Huruf menggambarkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) yang diukur dari aspek pendidikan. Indikator AMH diambil dari penduduk dewasa (umur 15 tahun keatas) yang dapat membaca dan menulis minimal kata-kata/kalimat sederhana aksara tertentu, baik huruf latin atau lainnya. 

Biasanya data AMH dibuat untuk melihat bagaimana sebaran pencapaian dasar bidang Pendidikan per wilayah. Berikut data AMH menurut kecamatan : 



Dari data di atas, terlihat sebaran Angka Melek Huruf perkecamatan di Kabupaten Bandung, untuk tahun 2010 sudah sangat merata (walaupun ada perbedaan namun rentangnya relatif kecil), nilai AMH paling kecil berada pada kecamatan Arjasari sebesar 96,51 % sedang yang paling tinggi adalah kecamatan Margahayu sebesar 99,77%. Secara keseluruhan AMH untuk Kabupaten Bandung adalah 98,41 %, terjadi koreksi untuk tahun 2009 dengan nilai 98,87 %. 

Meskipun mengalami penurunan namun Angka ini tidak menunjukkan penurunan kualitas Pendidikan di Kabupaten Bandung, karena untuk Angka indeks makro ekonomi yang lain terlihat adanya peningkatan. 

B. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) 

Indikator APK dan APM dipakai untuk melihat seberapa besar anak usia menurut tingkat pendidikan tertentu berada dalam lingkup pendidikan dan penyerapan dunia pendidikan formal terhadap penduduk usia sekolah. Nilai lain yang sering dipergunakan adalah Angka Partisipasi Sekolah (APS). Secara umum indikator-indikator ini menunjukkan seberapa besar program-program yang dicanangkan oleh pemerintah telah berhasil seperti wajib belajar 9 tahun. 

Angka Partisipasi kasar menunjukkan proporsi anak sekolah secara gender pada jenjang tertentu. APK secara umum tidak memperhatikan mengenai usia sekolah. Berikut APK menurut Jenis kelamin dan jenjang Pendidikan



Dilihat dari gambar APK SD untuk jenis kelamin laki-laki di Kabupaten Bandung sebesar 100,02% (lebih dari 100%) artinya masih terdapat sekitar 0,02 % penduduk di luar usia 7-12 tahun yang berstatus murid SD. Hal ini menunjukkan bahwa telah tumbuh kesadaran bahwa seorang anak harus bersekolah sesuai dengan usianya. 



C. Angka Partisipasi Sekolah (APS) 

APS merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut memperhitungkan adanya perubahan penduduk terutama usia muda. Ukuran yang banyak digunakan di sektor pendidikan seperti pertumbuhan jumlah murid lebih menunjukkan perubahan jumlah murid yang mampu ditampung di setiap jenjang sekolah. Sehingga, naiknya persentase jumlah murid tidak dapat diartikan sebagai semakin meningkatnya partisipasi sekolah. Kenaikan tersebut dapat pula dipengaruhi oleh semakin besarnya jumlah penduduk usia sekolah yang tidak diimbangi dengan ditambahnya infrastruktur sekolah serta peningkatan akses masuk sekolah sehingga partisipasi sekolah seharusnya tidak berubah atau malah semakin rendah. 

APS adalah jumlah murid kelompok usia pendidikan dasar (7-12 tahun dan 13-15 tahun) yang masih menempuh pendidikan dasar per 1.000 jumlah penduduk usia pendidikan dasar. 

 

Dari gambar di atas memperlihatkan APS penduduk laki-laki lebih rendah dan cenderung sama dibanding APS penduduk perempuan pada kelompok pada kelompok umum SD dan SLTP, namun untuk kelompok umur pendidikan yang lebih tinggi, angka partisipasi laki-laki lebih tinggi, sehingga bisa disimpulkan perempuan di Kabupaten Bandung banyak yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan berikutnya karena berbagai faktor. 

Fakta yang ada adalah dunia kerja kita masih didominasi oleh tenaga kerja berpendidikan rendah, seolah-olah menggambarkan bahwa kesempatan masuk ke dunia kerja masih terbuka lebar meskipun dengan tingkat pendidikan yang relatif terbatas. Sehingga memunculkan anggapan di masyarakat bahwa pendidikan tinggi belum menjadi jaminan kemudahan untuk mendapatkan pekerjaan. 


D. Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah 

Rasio Ketersediaan Sekolah terhadap penduduk usia sekolah adalah indikator untuk mengukur kemampuan jumlah sekolah dalam menampung penduduk usia pendidikan. Rasio ini bisa diartikan jumlah sekolah berdasarkan tingkat pendidikan per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan. 

Selama kurun waktu 2008-2010 rasio ketersediaan sekolah untuk jenjang pendidikan SD/MI mengalami kenaikan, setelah periode sebelumnya mengalami kenaikan yang disebabkan karena pertumbuhan penduduk tidak disertai dengan peningkatan jumlah sekolah SD/MI. Pembangunan jumlah sekolah baru tidak sebanding dengan peningkatan jumlah warga sekolah. Pada tahun 2010, perbandingan ketersediaan sekolah SD/MI di Kabupaten Bandung adalah 1 : 252,75. Angka ini menunjukkan bahwa 1 sekolah SD/MI menampung 252 siswa. 

Berbeda dengan SD/MA, rasio ketersediaan sekolah untuk jenjang pendidikan SMA/MA/SMK mengalami peningkatan. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu meningkatnya jumlah sekolah SMA/MA/MK atau tingginya angka putus sekolah pada jenjang SMP/MTs. 


 


E. Rasio jumlah guru terhadap jumlah murid 

Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru berdasarkan tingkat pendidikan per 10.000 jumlah murid berdasarkan tingkat pendidikan. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar juga mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran. 

Selama kurun waktu tahun 2008-2010 rasio ketersediaan guru di Kabupaten Bandung mengalami pasang surut untuk tahun 2008 ke tahun 2009 mengalami penurunan untuk seluruh jenjang pendidikan, baik SD/MI, SMP/MTs. maupun SMA/MA/SMK per 10.000 jumlah murid mengalami kenaikan, Namun dari tahun 2009 me tahun 2010 mengalami kenaikan. untuk jenjang pendidikan SD/MI mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2008. Demikian pula rasio ketersediaan guru SMA/MA/SMK pada tahun 2008 mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2007. Pada tahun 2010, perbandingan jumlah guru terhadap jumlah murid SD/MI di Kabupaten Bandung adalah 1 29,24. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa 1 guru SD/MI melayani (mengajar) 29,24 ? 29 murid SD. 

Berikut secara lengkap disajikan data mengenai kondisi ketersediaan guru/murid di Kabupaten Bandung per jenjang pendidikan selama kurun waktu tahun 2008-2010. 


 


F. Rasio Guru/Murid per Kelas Rata-rata 

Pada tahun 2009, rasio guru/kelas SD/MA terhadap jumlah murid yang berusia 6 -12 tahun di Kabupaten Bandung adalah 1 : 1,39 : 35,75. Interpretasi dari angka di atas adalah bahwa 1 kelas SD dilayani (diajar) oleh 1,39 ? 1 orang guru, sedangkan kelas tersebut terdiri atas 35,75 ? 36 murid SD. 


 

Komponen indikator pendidikan terdiri atas : angka melek huruf (AMH) dan rata-rata lama sekolah (RLS). Indikator-indikator tersebut dapat menggambarkan mutu sumber daya manusia/SDM dan jumlah tahun yang dihabiskan dalam menempuh semua jenis pendidikan formal. Persentase penduduk dewasa (usia 15 tahun ke atas) yang melek huruf di Kabupaten Bandung pada tahun 2010 mencapai 98,41 %, angka ini menurun 0,46 poin dibandingkan tahun 2009, dimana pada tahun 2009 AMH mencapai 98,87 %. Penurunan ini disebabkan adanya perbedaan pengambilan metode perhitungan (pengambilan sampel), sedangkan pada tahun 2010 perhitungan dilakukan berdasarkan hasil sensus penduduk, sedangkan pada tahun 2009 perhitungan dilakukan berdasarkan hasil survey. Perhitungan menggunakan hasil survey mengandung tingkat kesalahan sebesar 2,5 %, dengan demikian penurunan sebesar 0,46 poin masih berada dalam batas toleransi dan menjadi koreksi terhadap angka-angka sebelumnya. 

Rata-rata lama sekolah (RLS) pada tahun 2010 mencapai 9,02 tahun, ini artinya bahwa penduduk Kabupaten Bandung pada tahun 2010 rata-rata telah menamatkan pendidikan sampai jenjang SLTP (wajar dikdas 9 tahun). Angka ini meningkat 0,15 tahun dibandingkan tahun 2009, sedangkan pada tahun 2009 RLS mencapai 8,87 tahun. 

Perkembangan penduduk usia 10 tahun ke atas menurut jenjang pendidikan yang ditamatkan (ijazah tertinggi yang dimiliki), hampir seluruhnya mengalami perkembangan cukup baik, yaitu jumlah penduduk yang tidak/belum mempunyai ijazah mencapai 10,25 % pada tahun 2010 sedangkan tahun 2009 mencapai 15,17 %; penduduk tamat SD/setara SD mencapai 39,47 % pada tahun 2010 sedangkan tahun 2009 mencapai 35,48 %; penduduk tamat SLTA/setara SLTA mencapai 21,55 % pada tahun 2010 sedangkan pada tahun 2009 mencapai 19,96 %; dan penduduk tamat pergurun tinggi mencapai 5,45 % pada tahun 2010 sedangkan tahun 2009 mencapai 4,30 %. 

Selanjutnya, perkembangan penduduk usia 10 tahun ke atas menurut jenis kelamin, terlihat bahwa jumlah penduduk laki-laki yang tamat pendidikan pada jenjang tersebut lebih besar dibandingkan penduduk perempuan. 





Kesehatan

Posting 2012-01-25
A. Angka Harapan Hidup (AHH) dan Angka Kematian Bayi (AKB) Pemerintah Kabupaten Bandung telah berupaya untuk terus Meningkatan Akses dan Kualitas Pelayanan Kesehatan, Peningkatan Sumber Daya Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Pembiayaan…

No comments:

Post a Comment